Mata Uang Distandarisasi
Ketika Charlemagne menaklukan Eropa Barat, ia menyadari perlunya mata uang yang terstandarisasi. Bukan koin emas, pemerintahannya memiliki mata uang berupa koin perak yang dapat digunakan di seluruh kekaisaran.
Uang ini juga dikenal sebagai mata uang bersama pertama di Eropa sejak era Romawi. Sistemnya membagi satu pon perak murni Carolingian menjadi 240 keping. Bahkan Prancis diketahui mempertahankan versi dasar mata uang ini hingga Revolusi Prancis terjadi.
Puncak Abad Pertengahan
Puncak Abad Pertengahan bermula sesudah tahun 1000 Masehi, yaitu ditandai dengan populasi Eropa yang meningkat pesat berkat munculnya inovasi-inovasi di bidang teknologi dan pertanian, yang memungkinkan berkembangnya perniagaan. Lonjakan populasi Eropa juga disebabkan oleh perubahan iklim selama periode Suhu Hangat Abad Pertengahan yang memungkinkan peningkatan hasil panen.
Ilustrasi naskah Prancis dari Abad Pertengahan yang menampilkan ketiga golongan masyarakat Abad Pertengahan: golongan yang berdoa (rohaniwan), golongan yang bertarung (kesatria), dan golongan yang bekerja (petani). Hubungan di antara ketiga golongan ini diatur menurut tatanan feodalisme dan manorialisme (Li Livres dou Sante, abad ke-13).
Ada dua tatanan kemasyarakatan yang diterapkan pada Puncak Abad Pertengahan, yakni manorialisme dan feodalisme. Manorialisme adalah penertiban rakyat jelata menjadi pemukim di desa-desa, dengan kewajiban membayar sewa lahan dan bekerja bakti bagi kaum ningrat; sementara feodalisme adalah struktur politik yang mewajibkan para kesatria dan kaum ningrat kelas bawah untuk maju berperang membela junjungan mereka sebagai ganti anugerah hak sewa atas lahan dan tanah perdikan (bahasa Inggris: manor).
Perang Salib yang mula-mula diserukan pada 1095 adalah upaya militer umat Kristen Eropa Barat untuk merebut kembali kekuasaan atas Tanah Suci dari umat Islam. Raja-raja menjadi kepala dari negara-negara bangsa yang tersentralisasi. Sistem kepemimpinan semacam ini mengurangi angka kejahatan dan kekerasan, tetapi membuat cita-cita untuk menciptakan suatu Dunia Kristen yang bersatu semakin sukar diwujudkan.
Kehidupan intelektual ditandai oleh skolastisisme, filsafat yang mengutamakan keselarasan antara iman dan akal budi, dan ditandai pula oleh pendirian universitas-universitas. Teologi Thomas Aquinas, lukisan-lukisan Giotto, puisi-puisi Dante dan Chaucer, perjalanan-perjalanan Marco Polo, dan katedral-katedral berlanggam Gothik semisal Katedral Chartres, adalah segelintir dari capaian-capaian menakjubkan pada penghujung kurun waktu Puncak Abad Pertengahan dan permulaan kurun waktu Akhir Abad Pertengahan.
Semangat (spirit) Abad Pertengahan
Masyarakat agraris bergantung dari faktor alam (hujan, cuaca dan lain-lain) yang mereka percaya berasal dari Tuhan. Penghasilan para petani tidak ditentukan oleh manusia tetapi ditentukan oleh alam. Masyarakat Agraris pada Abad Pertengahan juga mempunyai ciri semangat yang berbeda dengan masa sebelumnya. Semangat masyarakat Abad Pertengahan diantaranya adalah semangat teosentris, semangat komunal, semangat jenseits (harapan akan hidup di dunia kekal).
Oleh karena itu, motto atau semboyan hidup masyarakat Abad Pertengahan adalah Memento Mori (Ingatlah akan kehidupan di alam baka). Sumber-sumber jiwa Abad Pertengahan menuju kembali pada kitab suci, segala perwujudan kebudayaan dalam bentuk kata ataupun tulisan, dalam seni patung dan musik, dalam ibadat dan kebiasaan sehari-hari semuanya berpedoman kepada kitab suci. Hidup seseorang dan masyarakat senantiasa diarahkan kepada alam baka.
Akhir Abad Pertengahan
Akhir Abad Pertengahan ditandai oleh berbagai musibah dan malapetaka yang meliputi bencana kelaparan, wabah penyakit, dan perang, yang secara signifikan menyusutkan jumlah penduduk Eropa; antara 1347 sampai 1350, wabah Maut Hitam menewaskan sekitar sepertiga dari penduduk Eropa.
Kontroversi, bidah, dan Skisma Barat yang menimpa Gereja Katolik, terjadi bersamaan dengan konflik antarnegara, pertikaian dalam masyarakat, dan pemberontakan-pemberontakan rakyat jelata yang melanda kerajaan-kerajaan di Eropa. Perkembangan budaya dan teknologi mentransformasi masyarakat Eropa, mengakhiri kurun waktu Akhir Abad Pertengahan, dan mengawali kurun waktu Awal Zaman Modern.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai sejarah singkat Abad Pertengahan di Eropa. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang bagian dari sejarah Eropa tersebut. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang sejarah Abad Pertengahan agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.
Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.
Berikut ini adalah daftar tahun dari abad ke-1 hingga 10, yaitu dari tahun 1 hingga 1000.
Abad ke-1 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-1 Masehi :
Abad ke-1 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-2 Masehi :
Abad ke-2 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-3 Masehi :
Abad ke-3 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-4 Masehi :
Abad ke-4 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-5 Masehi :
Abad ke-5 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-6 Masehi :
Abad ke-6 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-7 Masehi :
Abad ke-7 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-8 Masehi :
Abad ke-8 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-9 Masehi :
Abad ke-1 hingga 10 adalah abad pada milenium ke-1 dalam kalender Gregorian.
Berikut adalah daftar tahun pada Abad ke-10 Masehi :
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
FIFA Club of the Century adalah penghargaan yang diberikan oleh FIFA untuk memutuskan klub sepak bola terbaik abad ke-20.[1][2] Real Madrid C.F adalah pemenang penghargaan dengan 42,35% suara, diumumkan pada gala tahunan Dunia FIFA, yang diadakan di Roma pada 11 Desember 2000. Madrid adalah klub paling sukses di sepak bola internasional pada saat itu, setelah mengumpulkan delapan Piala Eropa dan dua Piala Interkontinental.[3]
Dalam upacara tersebut, Alfredo Di Stéfano dan Florentino Pérez mengumpulkan trofi yang diserahkan kepada Real Madrid.[4][5] Untuk musim 2006-07 lambang telah ditambahkan ke kostum Real Madrid, memperingati status mereka sebagai FIFA Club of the Century.[6]
Sistem pemungutan suara yang digunakan untuk penghargaan, dibatasi untuk pelanggan Majalah Dunia FIFA dua bulanan (majalah resmi FIFA)[7]
Bangsa Eropa seperti Spanyol, Portugis, Inggris, Prancis dan Belanda melakukan eksplorasi pelayaran pada Age of Discovery (masa penemuan) dari tahun 1400-an hingga 1600-an. Eksplorasi pelayaran ini berujung pada imperialisme dan penjajahan, di mana banyak dari kekuatan ini semakin memperluas kepemilikan teritorial mereka. Masa kolonisasi ini terjadi pada tahun 1800-an hingga awal 1900-an.
Akhir Abad Pertengahan
Akhir Abad Pertengahan ditandai oleh berbagai musibah dan malapetaka yang meliputi bencana kelaparan, wabah penyakit, dan perang, yang secara signifikan menyusutkan jumlah penduduk Eropa; antara 1347 sampai 1350, wabah Maut Hitam menewaskan sekitar sepertiga dari penduduk Eropa.
Kontroversi, bidah, dan Skisma Barat yang menimpa Gereja Katolik, terjadi bersamaan dengan konflik antarnegara, pertikaian dalam masyarakat, dan pemberontakan-pemberontakan rakyat jelata yang melanda kerajaan-kerajaan di Eropa. Perkembangan budaya dan teknologi mentransformasi masyarakat Eropa, mengakhiri kurun waktu Akhir Abad Pertengahan, dan mengawali kurun waktu Awal Zaman Modern.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai sejarah singkat Abad Pertengahan di Eropa. Grameds dapat mengunjungi koleksi buku Gramedia di www.gramedia.com untuk memperoleh referensi tentang bagian dari sejarah Eropa tersebut. Berikut ini rekomendasi buku Gramedia yang bisa Grameds baca untuk mempelajari tentang sejarah Abad Pertengahan agar dapat mempelajarinya secara penuh. Selamat membaca.
Temukan hal menarik lainnya di www.gramedia.com. Gramedia sebagai #SahabatTanpaBatas akan selalu menampilkan artikel menarik dan rekomendasi buku-buku terbaik untuk para Grameds.
TEMPO.CO, Jakarta - Berencana mengajukan visa Schengen untuk liburan ke Eropa? Setiap tahun 27 negara di kawasan Schengen menerima jutaan pengajuan dan tidak semuanya dikabulkan. Prancis, Estonia, dan Malta termasuk di antara negara-negara Schengen yang menolak sebagian besar permohonan visa tersebut.
Dilansir dari schengenvisum.info, visa Schengen adalah visa yang memungkinkan seseorang untuk bepergian secara legal ke dan di dalam zona Schengen untuk masa tinggal hingga 90 hari. Negara yang termasuk zona Schengen antara lain Belgia, Belanda, Luksemburg, Jerman, Prancis, Spanyol, Portugal, Italia, Austria, Yunani, Denmark, Swedia, Finlandia, Estonia, Latvia, Lituania, Polandia, Republik Ceko, Slovakia, Slovenia, Hongaria, Malta, Islandia, Norwegia, Swiss, Liechtenstein, dan Kroasia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ada banyak faktor yang berperan penting dalam mendapatkan visa Schengen. VFS Global, perusahaan yang banyak bekerja sama dengan kedutaan besar, mengatakan proses tersebut harus dilakukan dengan hati-hati. “Sangat penting untuk membawa semua dokumentasi yang diperlukan, termasuk cetakan daftar periksa, untuk diserahkan bersama dengan formulir aplikasi yang diisi dengan benar. Orang yang mengajukan juga harus memeriksa keabsahan paspor mereka," kata mereka, seperti dilansir Travel + Leisure Asia.
Tidak memiliki dana cukup untuk biaya hidup selama di sana
Di setiap negara, terdapat persyaratan minimum dana yang harus dimiliki wisatawan di rekening bank mereka. Jumlah ini berfungsi sebagai bukti kemampuan finansial atau penghidupan. Misalnya, untuk mengunjungi Austria, wisatawan memerlukan minimal EUR 100 per hari (sekitar Rp1,6 juta), Jerman memerlukan EUR 45 (kira-kira Rp756 ribu) per hari dan Prancis meminta untuk mempertahankan EUR 65 (Rp745 ribu).
Cari tahu persyaratan negara tempat mengajukan permohonan dengan hati-hati dan kirimkan laporan bank berstempel (jangan kirimkan laporan bank online), laporan kartu kredit, dan slip gaji untuk mendukung permohonan Anda.
Kemungkinan alasan lain mengapa visa ditolak adalah jika tidak menjaga saldo bank Anda. Setelah menghitung jumlah uang yang dibutuhkan di bank, pastikan Anda menyimpan jumlah uang yang cukup selama enam bulan dan menghindari transfer pihak ketiga segera sebelum mengajukan permohonan.
Puncak Abad Pertengahan
Puncak Abad Pertengahan bermula sesudah tahun 1000 Masehi, yaitu ditandai dengan populasi Eropa yang meningkat pesat berkat munculnya inovasi-inovasi di bidang teknologi dan pertanian, yang memungkinkan berkembangnya perniagaan. Lonjakan populasi Eropa juga disebabkan oleh perubahan iklim selama periode Suhu Hangat Abad Pertengahan yang memungkinkan peningkatan hasil panen.
Ilustrasi naskah Prancis dari Abad Pertengahan yang menampilkan ketiga golongan masyarakat Abad Pertengahan: golongan yang berdoa (rohaniwan), golongan yang bertarung (kesatria), dan golongan yang bekerja (petani). Hubungan di antara ketiga golongan ini diatur menurut tatanan feodalisme dan manorialisme (Li Livres dou Sante, abad ke-13).
Ada dua tatanan kemasyarakatan yang diterapkan pada Puncak Abad Pertengahan, yakni manorialisme dan feodalisme. Manorialisme adalah penertiban rakyat jelata menjadi pemukim di desa-desa, dengan kewajiban membayar sewa lahan dan bekerja bakti bagi kaum ningrat; sementara feodalisme adalah struktur politik yang mewajibkan para kesatria dan kaum ningrat kelas bawah untuk maju berperang membela junjungan mereka sebagai ganti anugerah hak sewa atas lahan dan tanah perdikan (bahasa Inggris: manor).
Perang Salib yang mula-mula diserukan pada 1095 adalah upaya militer umat Kristen Eropa Barat untuk merebut kembali kekuasaan atas Tanah Suci dari umat Islam. Raja-raja menjadi kepala dari negara-negara bangsa yang tersentralisasi. Sistem kepemimpinan semacam ini mengurangi angka kejahatan dan kekerasan, tetapi membuat cita-cita untuk menciptakan suatu Dunia Kristen yang bersatu semakin sukar diwujudkan.
Kehidupan intelektual ditandai oleh skolastisisme, filsafat yang mengutamakan keselarasan antara iman dan akal budi, dan ditandai pula oleh pendirian universitas-universitas. Teologi Thomas Aquinas, lukisan-lukisan Giotto, puisi-puisi Dante dan Chaucer, perjalanan-perjalanan Marco Polo, dan katedral-katedral berlanggam Gothik semisal Katedral Chartres, adalah segelintir dari capaian-capaian menakjubkan pada penghujung kurun waktu Puncak Abad Pertengahan dan permulaan kurun waktu Akhir Abad Pertengahan.
Terminologi dan Periodisasi
Abad Pertengahan adalah salah satu dari tiga kurun waktu utama dalam skema terlama yang digunakan dalam kajian Sejarah Eropa, yakni Zaman Klasik atau Abad Kuno, Abad Pertengahan, dan Zaman Modern.
Para pujangga Abad Pertengahan membagi sejarah menjadi sejumlah kurun waktu, misalnya “Enam Zaman” atau “Empat Kekaisaran”, dan menganggap zaman hidup mereka sebagai zaman akhir menjelang kiamat. Apabila mengulas zaman hidup mereka, zaman itu akan mereka sebut sebagai “zaman modern”. Pada era 1330-an, humanis sekaligus penyair Italia, Petrarka, menyebut kurun waktu pra-Kristen sebagai zaman antiqua (kuno) dan kurun waktu Kristen sebagai sebagai zaman nova (baru).
Leonardo Bruni adalah sejarawan pertama yang menggunakan periodisasi tripartitus (tiga serangkai) dalam karya tulisnya, Sejarah Orang Firenze (1442). Dia dan para sejarawan sesudahnya berpendapat bahwa Italia telah banyak berubah semenjak masa hidup Petrarka, dan karenanya menambahkan kurun waktu ketiga pada dua kurun waktu yang telah ditetapkan oleh Petrarka.
Istilah “Abad Pertengahan” pertama kali muncul dalam bahasa Latin pada 1469 sebagai media tempestas (masa pertengahan). Mula-mula ada banyak variasi dalam pemakaian istilah ini, antara lain, medium aevum (abad pertengahan) yang pertama kali tercatat pada 1604, dan media saecula (zaman pertengahan) yang pertama kali tercatat pada 1625. Istilah “Abad Pertengahan” adalah terjemahan dari frasa medium aevum. Periodisasi tripartitus menjadi periodisasi standar setelah sejarawan Jerman abad ke-17, Christoph Keller, membagi sejarah menjadi tiga kurun waktu: Kuno, Pertengahan, dan Modern.
Tarikh yang paling umum digunakan sebagai permulaan Abad Pertengahan adalah tarikh 476 M, yang pertama kali digunakan oleh Leonardo Bruni. Bagi Eropa secara keseluruhan, tarikh 1500 M sering kali dijadikan tarikh penutup Abad Pertengahan, tetapi tidak ada kesepakatan sejagat mengenai tarikh penutup Abad Pertengahan. Tergantung kepada konteksnya, tarikh peristiwa-peristiwa penting seperti tarikh pelayaran perdana Kristoforus Kolumbus ke Benua Amerika (1492), tarikh penaklukan Konstantinopel oleh orang Turki (1453), atau tarikh Reformasi Protestan (1517), kadang-kadang pula digunakan.
Para sejarawan Inggris sering kali menggunakan tarikh Pertempuran Bosworth (1485) sebagai tarikh penutup Abad Pertengahan. Tarikh-tarikh yang umum digunakan di Spanyol adalah tarikh kemangkatan Raja Fernando II (1516), tarikh kemangkatan Ratu Isabel I (1504), atau tarikh penaklukan Granada (1492).
Para sejarawan dari negara-negara penutur rumpun bahasa Romawi cenderung membagi Abad Pertengahan menjadi dua kurun waktu, yakni kurun waktu “Tinggi” sebagai kurun waktu yang “terdahulu”, dan kurun waktu “Rendah” sebagai kurun waktu yang “terkemudian”.
Para sejarawan penutur bahasa Inggris, mengikuti jejak rekan-rekan mereka di Jerman, umumnya membagi Abad Pertengahan menjadi tiga kurun waktu, yakni kurun waktu “Awal”, kurun waktu “Puncak”, dan kurun waktu “Akhir”. Pada abad ke-19, seluruh Abad Pertengahan kerap dijuluki “Abad Kegelapan”, tetapi semenjak Abad Pertengahan dibagi menjadi tiga kurun waktu, pemakaian istilah ini pun dibatasi untuk kurun waktu Awal Abad Pertengahan saja, setidaknya di kalangan sejarawan.
Munculnya Kasta Prajurit (Knight/Ridder)
Disebabkan oleh sering munculnya peperangan yang terjadi di antara para vassal, maka sifat-sifat kepahlawanan dan keprajuritan menjadi sangat terpandang. Pengangkatan seseorang menjadi knight dilakukan oleh raja pada suatu ibadat yang khidmat. Seorang knight harus setia kepada sumpah setianya kepada raja dan agama serta membela dan melindungi yang lemah.
Kota-kota di masa feudal biasanya berdinding tebal yang dapat melindungi kota dari serangan musuh, atau yang biasa disebut dengan benteng. Oleh karena itu, terkadang Abad Pertengahan disebut pula sebagai ‘zaman benteng’. Sebab pada masa ini banyak dibangun benteng-benteng untuk melindungi kota. Kebutuhan akan berbagai macam barang dicukupi oleh organisasi yang disebut dengan gilda.
Gilda adalah serikat pengrajin yang dibentuk untuk memantau kegiatan usaha atau perniagaan mereka di daerah tertentu. Di dalam gilda terdapat usaha melakukan pekerjaan tangan untuk melayani pesanan. Setiap jenis gilda menjalankan jenis kegiatan produksi tertentu. Gilda sendiri pertama kali berkembang pada masa Kekaisaran Romawi. Serikat ini adalah sebuah perhimpunan yang bersifat sukarela dan beranggotakan penguasaha-pengusaha yang bergelut di bidang yang sama. Serikat ini bergerak di bidang angkutan laut jarak jauh yang berpusat di Ostia, Roma.
Gilda-gilda Romawi itu mengalami keruntuhan dan bubar setelah Kekaisaran Romawi mengalami keruntuhan pada tahun 476. Pada Abad Pertengahan, gilda merupakan serikat pengrajin yang menggeluti bidan yang sama. Pada prinsipnya gilda Abad Pertengahan terbagi menjadi dua jenis; (1) gilda saudagar, (2) gilda pengrajin. Di mana kedua jenis gilda ini dibentuk demi kepentingan bersama. Gilda kemudian dijadikan sebagai suatu perkumpulan persaudaraan yang saling membantu.
Kehadiran gilda dimanfaatkan oleh kalangan bangsawan untuk memonopoli perdagangan yang menjadi cikal-bakal dari lahirnya semangat merkantilisme. Sistem gilda seperti ini bertahan hingga abad ke-14 dengan munculnya perpecahan diantara gilda itu sendiri yang terbagi menjadi dua kelompok; gilda berpunya (besar) dan gilda tak berpunya (kecil).
Perseteruan antar gilda yang paling sengit terjadi adalah perseteruan antara gilda-gilda yang bersifat konservatif dengan golongan saudagar yang melalui penguasaan alat-alat produksi. Gilda sendiri bekerjasama dengan pemerintah kota untuk mendapatkan keuntungan. Gilda mulai hancur setelah terjadinya revolusi industri pada abad ke-17.
Organisasi gilda diatur rapi dan diawasi oleh pemerintah kota untuk menjamin kualitas barang buatannya. Jika ada serangan, setiap jenis gilda harus mempertahankan bagian dinding kota tertentu. Dengan demikian organisasi gilda juga diikutsertakan dalam bidang pertahanan dan keamanan.
Sejarah Abad Pertengahan dalam sejarah Eropa berlangsung dari abad ke-5 sampai abad ke-15 Masehi. Abad Pertengahan bermula sejak runtuhnya Kekaisaran Romawi Barat dan masih berlanjut ketika Eropa mulai memasuki Abad Pembaharuan dan Abad Penjelajahan. Sejarah Dunia Barat secara tradisional dibagi menjadi tiga kurun waktu, yakni Abad Kuno, Abad Pertengahan, dan Zaman Modern. Dengan kata lain, Sejarah Abad Pertengahan adalah kurun waktu peralihan dari Abad Kuno ke Zaman Modern. Sejarah Abad Pertengahan masih terbagi lagi menjadi tiga kurun waktu, yakni Awal Abad Pertengahan, Puncak Abad Pertengahan, dan Akhir Abad Pertengahan.
Penurunan jumlah penduduk, kontraurbanisasi, invasi, dan perpindahan suku-suku bangsa, yang berlangsung sejak Akhir Abad Kuno, masih berlanjut pada Awal Abad Pertengahan. Perpindahan-perpindahan penduduk berskala besar pada Zaman Migrasi juga mencakup perpindahan suku-suku bangsa Jermanik yang mendirikan kerajaan-kerajaan baru di bekas wilayah Kekaisaran Romawi Barat.
Pada abad ke-7, Afrika Utara dan Timur Tengah—bekas wilayah Kekaisaran Bizantin—dikuasai oleh Khilafah Bani Umayyah, sebuah kekaisaran Islam, setelah ditaklukkan oleh para pengganti Muhammad. Meskipun pada Awal Abad Pertengahan telah terjadi perubahan-perubahan mendasar dalam tatanan kemasyarakatan dan politik, pengaruh Abad Kuno belum benar-benar hilang.
Kekaisaran Bizantin yang masih cukup besar tetap sintas di kawasan timur Eropa. Kitab undang-undang Kekaisaran Bizantin, Corpus Iuris Civilis atau “Kitab Undang-Undang Yustinianus”, ditemukan kembali di Italia Utara pada 1070, dan di kemudian hari mengundang decak kagum dari berbagai kalangan sepanjang Sejarah Abad Pertengahan.
Sebagian besar dari kerajaan-kerajaan yang berdiri di kawasan barat Eropa melembagakan segelintir pranata Romawi yang tersisa. Biara-biara didirikan seiring gencarnya usaha mengkristenkan kaum pagan (penganut kepercayaan leluhur di Eropa). Orang Franka di bawah pimpinan raja-raja wangsa Karoling, mendirikan Kekaisaran Karoling pada penghujung abad ke-8 dan permulaan abad ke-9. Meskipun berjaya menguasai sebagian besar daratan Eropa Barat, Kekaisaran Karoling pada akhirnya terpuruk akibat perang-perang saudara di dalam negeri dan invasi-invasi dari luar negeri, yakni serangan orang Viking dari arah utara, serangan orang Magyar dari arah timur, dan serangan orang Sarasen dari arah selatan.
Terminologi dan Periodisasi
Abad Pertengahan adalah salah satu dari tiga kurun waktu utama dalam skema terlama yang digunakan dalam kajian Sejarah Eropa, yakni Zaman Klasik atau Abad Kuno, Abad Pertengahan, dan Zaman Modern.
Para pujangga Abad Pertengahan membagi sejarah menjadi sejumlah kurun waktu, misalnya “Enam Zaman” atau “Empat Kekaisaran”, dan menganggap zaman hidup mereka sebagai zaman akhir menjelang kiamat. Apabila mengulas zaman hidup mereka, zaman itu akan mereka sebut sebagai “zaman modern”. Pada era 1330-an, humanis sekaligus penyair Italia, Petrarka, menyebut kurun waktu pra-Kristen sebagai zaman antiqua (kuno) dan kurun waktu Kristen sebagai sebagai zaman nova (baru).
Leonardo Bruni adalah sejarawan pertama yang menggunakan periodisasi tripartitus (tiga serangkai) dalam karya tulisnya, Sejarah Orang Firenze (1442). Dia dan para sejarawan sesudahnya berpendapat bahwa Italia telah banyak berubah semenjak masa hidup Petrarka, dan karenanya menambahkan kurun waktu ketiga pada dua kurun waktu yang telah ditetapkan oleh Petrarka.
Istilah “Abad Pertengahan” pertama kali muncul dalam bahasa Latin pada 1469 sebagai media tempestas (masa pertengahan). Mula-mula ada banyak variasi dalam pemakaian istilah ini, antara lain, medium aevum (abad pertengahan) yang pertama kali tercatat pada 1604, dan media saecula (zaman pertengahan) yang pertama kali tercatat pada 1625. Istilah “Abad Pertengahan” adalah terjemahan dari frasa medium aevum. Periodisasi tripartitus menjadi periodisasi standar setelah sejarawan Jerman abad ke-17, Christoph Keller, membagi sejarah menjadi tiga kurun waktu: Kuno, Pertengahan, dan Modern.
Tarikh yang paling umum digunakan sebagai permulaan Abad Pertengahan adalah tarikh 476 M, yang pertama kali digunakan oleh Leonardo Bruni. Bagi Eropa secara keseluruhan, tarikh 1500 M sering kali dijadikan tarikh penutup Abad Pertengahan, tetapi tidak ada kesepakatan sejagat mengenai tarikh penutup Abad Pertengahan. Tergantung kepada konteksnya, tarikh peristiwa-peristiwa penting seperti tarikh pelayaran perdana Kristoforus Kolumbus ke Benua Amerika (1492), tarikh penaklukan Konstantinopel oleh orang Turki (1453), atau tarikh Reformasi Protestan (1517), kadang-kadang pula digunakan.
Para sejarawan Inggris sering kali menggunakan tarikh Pertempuran Bosworth (1485) sebagai tarikh penutup Abad Pertengahan. Tarikh-tarikh yang umum digunakan di Spanyol adalah tarikh kemangkatan Raja Fernando II (1516), tarikh kemangkatan Ratu Isabel I (1504), atau tarikh penaklukan Granada (1492).
Para sejarawan dari negara-negara penutur rumpun bahasa Romawi cenderung membagi Abad Pertengahan menjadi dua kurun waktu, yakni kurun waktu “Tinggi” sebagai kurun waktu yang “terdahulu”, dan kurun waktu “Rendah” sebagai kurun waktu yang “terkemudian”.
Para sejarawan penutur bahasa Inggris, mengikuti jejak rekan-rekan mereka di Jerman, umumnya membagi Abad Pertengahan menjadi tiga kurun waktu, yakni kurun waktu “Awal”, kurun waktu “Puncak”, dan kurun waktu “Akhir”. Pada abad ke-19, seluruh Abad Pertengahan kerap dijuluki “Abad Kegelapan”, tetapi semenjak Abad Pertengahan dibagi menjadi tiga kurun waktu, pemakaian istilah ini pun dibatasi untuk kurun waktu Awal Abad Pertengahan saja, setidaknya di kalangan sejarawan.